Hai semua.. disini aku mau cerita
tentang keindahan alam di Garut, jawa barat. Kalian tau sendiri Indonesia
memiliki ribuan keindahan alam ciptaan Allah SWT. Pertanyaannya adalah sudah
berapa keindahan alam kah yang telah kamu nikmati? Hehhe
Aku mau berbagi kebahagiaan
tentang keindahan Gunung Papandayan, Garut. Gunung ini berdekatan dengan Gunung
Guntur dan Gunung Cikuray. Jadi saat kalian berada di Garut kalian akan
menikmati 3 gunung sekaligus loh kalau mau hehhe. Kata Mbah Google, Gunung Papandayan
memiliki ketinggian 2665 meter diatas permukaan laut. Akan tetapi saat aku
berada di basecamp ternyata 2622Mdpl loh.
Aku dan 8 orang lainnya menuju
papandayan tanggal 12-14 Desember 2014. Terdiri dari aku, asti teman sekelasku,
kak cici kak ima dan kak dika adalah kakak senior ku di Jurusan TP, kak agus
temannya kak cici, kak rizal temannya kak agus, dan perkenalkan pemimpin kami
yang telah 5x ke Mt. Papandayan yaitu Bang Idoel & bang Acop.
Jumat malam, adalah malam yang
paling dinanti oleh para pecandu ketinggian.
Jumat, 22.00, kami masih berada di Terminal kampung Rambutan. Kami menunggu 2 pasangan kekasih temannya Bang idoel ternyata. Selama proses menunggu itu, banyak sekali berdatangan mereka para wanita-wanita berjilbab yang tangguh dan keren karna menggunakan sepatu gunung “brave” dan menggunakan tas carrier. Sumpah iri banget.
Sekitar 22.30 kami menuju Garut.
Sesampainya di Garut kami dan mereka yang pecandu ketinggian turun di pom
bensin dan ada alfamartnya. Mereka yang akan naik ke gn. Guntur & cikuray
maupun papandayan, turun di tempat ini dan melanjutkannya dengan
menggunakan truk. Ditempat ini pula
gunung Guntur percis dibelakang pom bensin.
Rombongan kami yang paling
terakhir berada di pombensin, sekitar pukul 7 lewat kami baru meninggalkan
tempat itu dan menuju mt.papandayan. jalur menuju papandayan mulus sekali,
jalannya telah rapih. Dan terdapat tempat parkir. Bagi kalian yang memiliki
mobil bisa langsung dari rumah pake mobil hehe asal tau jalannya aja.
Saat kami memulai pendakian langsung
disambut dengan bebatuan ala batu-batu belerang. Gersang tetapi memiliki hawa
dingin. Gunung Papandayan, kata para pecandu ketinggian bilang bahwa gunung ini
merupakan gunungnya para pemula tetapi memiliki “view” yang banyak ketimbang
gunung lainnya yang jah lebih tinggi dari papandayan. Kalau menurut aku mah
semua gunung sama aja, banyak “view” nya kok.
Kawah papandayan, “view” pertama
yang akan kalian lihat saat pendakian. Bukan hutan hijau, tetapi bebatuan.
Sungguh aku menikmati petualangan pertama aku menaiki Gunung Papandayan ini,
rasa iri terhadap mereka yang memakai sepatu gunung itu, membuat aku semakin
termotivasi. Seru banget, lama-kelamaan bebatuan itu pun menghilang digantikan
dengan pepohoan gunung-gunung yang sejik, dengan jalur pendakian yang datar
membuat kami dapat melihat sekeliling denga leluasa. Tujuan kami di hari saptu
pagi menju siang ini adalah bukan puncak tetapi “seladang” tempat dimana kami
akan mendirikan tenda. Berada dibalik gununng yang terlihat patahannya. Wow.
Keren deh pokoknya. Untuk menuju “patahan” itu kami harus melewati naik dan
turun pendakian. Melewati sungai air belerang yang dingin dan sejuk. Dan
serunya adalah kami para pecandu ketinggian, layaknya seperti sebuah semut.
Setiap berpapasan selalu menyapa. Mereka seperti itu juga loh. Tidak kenal
tetapi menyapa dan menyemangati.
Huwaaa.. perjalanan yang indah.
Akhirnya kami berada ditempat yang datar yang bernama “seladang” disana sudah
berdiri banyak tenda warna-warni, terdapat warung dan cilok juga (tapi katanya
muahal banget). Setelah tenda kami rapih, kami mendirikan 4 tenda dan
ditengahnya dibuat seperti layaknya tempat untuk berkumpul. tak lama, asar pun
tiba, tak lama setelah solat dan kembali ketenda, hujan turun. Karna ada
beberapa titik bocor ditenda mereka yang telah paham dengan dunia perkemahaan
merapihkan segalanya. Yang tidak memiliki pekerjaan yaa Main UNO! Seru banget.
Saking serunya. Teriakan 4 cewe sepertinya sampai ke tenda yang lainnya juga
deh. Setelah mereka semua kelar. Kami ber 9 main unp dalam satu tenda. Sempit
tapi seru banget. Pake bedak dan segala peraturan yang dibuat itu membuat yang
kaya menjadi kaya yang miskin menjadi menang” artinya yaa itung aja pake kartu
uno :V
Magrib tiba dan berganti isya.
Air wudhu berubah menjadi air yang perih dimuka. Sangat tidak bersahabat. Aku
pernah ke dieng yang katanya dataran tinggi itu, tapi gak pernah merasakan air
separah ini dinginnya. Mungkin karna saat di Dieng itu bukan di luar tetapi di
dalam homestay kali ya hehe.
Mereka bilang katanya sekitar jam
1 malam, disini kelihatan bintang yang bertaburan. Tetapi mendekati pukul
9malam saja udara dingin sudah sangat tidak mendukung.
Seketika kaki ini terasa berat di
kaki kanan. Seperti darah yang numpuk di kaki kanan. Aku pun tduran dengan
sedikit membuat kaki ku lebih tinggi dari pinggang. Pintu tenda masih terbuka
dengan udara dingin yang masuk kedalam. yang lain masih standby menanti
bintang, yang pria memasak agar dan beberes. Dan aku tidak tahu lagi apa yang
terjadi.
“nu.. nu.. kelonin gue dong” bisik
seseorang disamping aku. Mataku sedikit terbuka dan oh ternyata itu asti yang
memintaku untuk memeluknya. Sembari memeluknya dari belakang, aku berfikir,
ternyata aku ketiduran, dan asti sudah memakai sleeping bag. Sedangkan kau
hanya memakai jaket kaoskaki sarung tangan dan masker. Tapi kenapa tidak terasa
dingin. Sementara asti memintaku untuk memeluknya. Aku kembali terlelap.
Subuh tiba. Oh ini aku paling
benci, baru bangun, gelap, kacamata entah kemana. Dan disinilah aku kembali
merasakan angin puncak gunung, ak Cuma berharap jangan sampai ada angin.
Ternyata saat wudhu, pohon aja sampai goyang tertiup angin -__-
Enjoy aja kita mah. Harus tetap
gerak ntuk melawan dingin itu. Matahari semakin tinggi. Tenda demi tenda itu
semakin terlihat warnanya. Rombongan demi rombongan terlihat menju sisi kiri
“seladang”. Akan tetapi rombonganku memilih jalur kanan. Agar mendapatkan
puncak papandayan. Tidak melihat rombongan lain. Hanya bertemu 2 orang saja
Alhamdulillah setelah melewati
jalur pendakian, melewati labyrint edelweiss yang dibawahnya dipenuhi ulat kaki
seribu berwarna putih, kami sampai dipuncak papandayan. Terlihat dari atas
kumpulan tenda jauh dibbwah. Dan kami pun menutup perjalanan menuju tegal Alun
dan menuju pula Hutan mati.
Setelah puas dengan meninggalkan
jejak camera. Kami kembal menuju tenda. Dan makan. Makanannya enaak banget deh
hehe buatannya bang idul dan bang acop. Mereka tidak ikut naik keatas karna uda
5x kesini. Bosen katanya
Oiya satu lagi, di Papandayan,
kalian juga bias liat bintang jatuh loh katanya. Sayang sekali aku tidak bias
menikmati itu.
Okayyy itu pengalaman ku tentang
Gunung papandayan 2665mpdl. Doakan aku agar bias naik gunung lainnya dan
mamakai sepatu “brave” itu yaa. See you
0 komentar:
Posting Komentar