Rabu, 24 Desember 2014

Mt. Papandayan 2665Mdpl 12-14 Desember 2014

Hai semua.. disini aku mau cerita tentang keindahan alam di Garut, jawa barat. Kalian tau sendiri Indonesia memiliki ribuan keindahan alam ciptaan Allah SWT. Pertanyaannya adalah sudah berapa keindahan alam kah yang telah kamu nikmati? Hehhe
Aku mau berbagi kebahagiaan tentang keindahan Gunung Papandayan, Garut. Gunung ini berdekatan dengan Gunung Guntur dan Gunung Cikuray. Jadi saat kalian berada di Garut kalian akan menikmati 3 gunung sekaligus loh kalau mau hehhe. Kata Mbah Google, Gunung Papandayan memiliki ketinggian 2665 meter diatas permukaan laut. Akan tetapi saat aku berada di basecamp ternyata 2622Mdpl loh.

Aku dan 8 orang lainnya menuju papandayan tanggal 12-14 Desember 2014. Terdiri dari aku, asti teman sekelasku, kak cici kak ima dan kak dika adalah kakak senior ku di Jurusan TP, kak agus temannya kak cici, kak rizal temannya kak agus, dan perkenalkan pemimpin kami yang telah 5x ke Mt. Papandayan yaitu Bang Idoel & bang Acop.
Jumat malam, adalah malam yang paling dinanti oleh para pecandu ketinggian.

Jumat, 22.00, kami masih berada di Terminal kampung Rambutan. Kami menunggu 2 pasangan kekasih temannya Bang idoel ternyata. Selama proses menunggu itu, banyak sekali berdatangan mereka para wanita-wanita berjilbab yang tangguh dan keren karna menggunakan sepatu gunung “brave” dan menggunakan tas carrier. Sumpah iri banget.
Sekitar 22.30 kami menuju Garut. Sesampainya di Garut kami dan mereka yang pecandu ketinggian turun di pom bensin dan ada alfamartnya. Mereka yang akan naik ke gn. Guntur & cikuray maupun papandayan, turun di tempat ini dan melanjutkannya dengan menggunakan  truk. Ditempat ini pula gunung Guntur percis dibelakang pom bensin.
Rombongan kami yang paling terakhir berada di pombensin, sekitar pukul 7 lewat kami baru meninggalkan tempat itu dan menuju mt.papandayan. jalur menuju papandayan mulus sekali, jalannya telah rapih. Dan terdapat tempat parkir. Bagi kalian yang memiliki mobil bisa langsung dari rumah pake mobil hehe asal tau jalannya aja.
Saat kami memulai pendakian langsung disambut dengan bebatuan ala batu-batu belerang. Gersang tetapi memiliki hawa dingin. Gunung Papandayan, kata para pecandu ketinggian bilang bahwa gunung ini merupakan gunungnya para pemula tetapi memiliki “view” yang banyak ketimbang gunung lainnya yang jah lebih tinggi dari papandayan. Kalau menurut aku mah semua gunung sama aja, banyak “view” nya kok.
Kawah papandayan, “view” pertama yang akan kalian lihat saat pendakian. Bukan hutan hijau, tetapi bebatuan. Sungguh aku menikmati petualangan pertama aku menaiki Gunung Papandayan ini, rasa iri terhadap mereka yang memakai sepatu gunung itu, membuat aku semakin termotivasi. Seru banget, lama-kelamaan bebatuan itu pun menghilang digantikan dengan pepohoan gunung-gunung yang sejik, dengan jalur pendakian yang datar membuat kami dapat melihat sekeliling denga leluasa. Tujuan kami di hari saptu pagi menju siang ini adalah bukan puncak tetapi “seladang” tempat dimana kami akan mendirikan tenda. Berada dibalik gununng yang terlihat patahannya. Wow. Keren deh pokoknya. Untuk menuju “patahan” itu kami harus melewati naik dan turun pendakian. Melewati sungai air belerang yang dingin dan sejuk. Dan serunya adalah kami para pecandu ketinggian, layaknya seperti sebuah semut. Setiap berpapasan selalu menyapa. Mereka seperti itu juga loh. Tidak kenal tetapi menyapa dan menyemangati.
Huwaaa.. perjalanan yang indah. Akhirnya kami berada ditempat yang datar yang bernama “seladang” disana sudah berdiri banyak tenda warna-warni, terdapat warung dan cilok juga (tapi katanya muahal banget). Setelah tenda kami rapih, kami mendirikan 4 tenda dan ditengahnya dibuat seperti layaknya tempat untuk berkumpul. tak lama, asar pun tiba, tak lama setelah solat dan kembali ketenda, hujan turun. Karna ada beberapa titik bocor ditenda mereka yang telah paham dengan dunia perkemahaan merapihkan segalanya. Yang tidak memiliki pekerjaan yaa Main UNO! Seru banget.
Saking serunya. Teriakan 4 cewe sepertinya sampai ke tenda yang lainnya juga deh. Setelah mereka semua kelar. Kami ber 9 main unp dalam satu tenda. Sempit tapi seru banget. Pake bedak dan segala peraturan yang dibuat itu membuat yang kaya menjadi kaya yang miskin menjadi menang” artinya yaa itung aja pake kartu uno :V
Magrib tiba dan berganti isya. Air wudhu berubah menjadi air yang perih dimuka. Sangat tidak bersahabat. Aku pernah ke dieng yang katanya dataran tinggi itu, tapi gak pernah merasakan air separah ini dinginnya. Mungkin karna saat di Dieng itu bukan di luar tetapi di dalam homestay kali ya hehe.
Mereka bilang katanya sekitar jam 1 malam, disini kelihatan bintang yang bertaburan. Tetapi mendekati pukul 9malam saja udara dingin sudah sangat tidak mendukung.
Seketika kaki ini terasa berat di kaki kanan. Seperti darah yang numpuk di kaki kanan. Aku pun tduran dengan sedikit membuat kaki ku lebih tinggi dari pinggang. Pintu tenda masih terbuka dengan udara dingin yang masuk kedalam. yang lain masih standby menanti bintang, yang pria memasak agar dan beberes. Dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi.
“nu.. nu.. kelonin gue dong” bisik seseorang disamping aku. Mataku sedikit terbuka dan oh ternyata itu asti yang memintaku untuk memeluknya. Sembari memeluknya dari belakang, aku berfikir, ternyata aku ketiduran, dan asti sudah memakai sleeping bag. Sedangkan kau hanya memakai jaket kaoskaki sarung tangan dan masker. Tapi kenapa tidak terasa dingin. Sementara asti memintaku untuk memeluknya. Aku kembali terlelap.
Subuh tiba. Oh ini aku paling benci, baru bangun, gelap, kacamata entah kemana. Dan disinilah aku kembali merasakan angin puncak gunung, ak Cuma berharap jangan sampai ada angin. Ternyata saat wudhu, pohon aja sampai goyang tertiup angin -__-
Enjoy aja kita mah. Harus tetap gerak ntuk melawan dingin itu. Matahari semakin tinggi. Tenda demi tenda itu semakin terlihat warnanya. Rombongan demi rombongan terlihat menju sisi kiri “seladang”. Akan tetapi rombonganku memilih jalur kanan. Agar mendapatkan puncak papandayan. Tidak melihat rombongan lain. Hanya bertemu 2 orang saja
Alhamdulillah setelah melewati jalur pendakian, melewati labyrint edelweiss yang dibawahnya dipenuhi ulat kaki seribu berwarna putih, kami sampai dipuncak papandayan. Terlihat dari atas kumpulan tenda jauh dibbwah. Dan kami pun menutup perjalanan menuju tegal Alun dan menuju pula Hutan mati.
Setelah puas dengan meninggalkan jejak camera. Kami kembal menuju tenda. Dan makan. Makanannya enaak banget deh hehe buatannya bang idul dan bang acop. Mereka tidak ikut naik keatas karna uda 5x kesini. Bosen katanya
Oiya satu lagi, di Papandayan, kalian juga bias liat bintang jatuh loh katanya. Sayang sekali aku tidak bias menikmati itu.

Okayyy itu pengalaman ku tentang Gunung papandayan 2665mpdl. Doakan aku agar bias naik gunung lainnya dan mamakai sepatu “brave” itu yaa. See you



0 komentar:

Posting Komentar